Doa dan Harapan Tokoh Agama
Romo Fransiskus Yance Sengga (Katolik) menilai bahwa doa bersama ini membawa kesejukan dan memperlihatkan warna kebinekaan bangsa. Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk terus membangun jembatan kasih demi terwujudnya cita-cita para proklamator.
“Mari kita saling mengasihi sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat di tengah dunia,” katanya.
I Gusti Made Sunartha (Hindu) menyebut momen ini sebagai pengejawantahan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, dan mengajak masyarakat menjaga keharmonisan dengan sesama, alam, dan pemimpin bangsa.
Bante Damawudo (Buddha) mengapresiasi keterlibatan komunitas Buddhis dalam acara ini.
“Terus terang ini yang pertama, dan kami sangat senang diundang untuk ikut serta dalam doa bersama,” ucapnya.
Dari Kristen Protestan, Pendeta Tommy Lengkong dan Pendeta Mulia Tibriani menyampaikan bahwa doa bersama ini mencerminkan kebersamaan sejati di tengah keberagaman.
“Tidak ada mayoritas atau minoritas, tidak ada Islam dan non-Islam. Yang ada adalah kebersamaan yang indah,” ujar Pendeta Tommy.
Wonsei Sunarta Hidayat (Konghucu) menekankan pentingnya kekuatan spiritual dalam kehidupan berbangsa.
“Kita manusia sangat lemah. Kita butuh pertolongan Yang Maha Kuasa agar Indonesia benar-benar bisa menjadi lebih baik ke depan,” tuturnya.
Refleksi Keberagaman, Simbol Persatuan
Doa Kebangsaan Lintas Agama ini menjadi refleksi kuat atas semangat persatuan dalam keberagaman. Di tengah perbedaan keyakinan, para tokoh agama menyuarakan harapan yang sama: Indonesia yang damai, adil, dan sejahtera untuk seluruh rakyatnya.(**)
Sumber : BPMI Setpres
Tinggalkan Balasan