Penantian Lima Tahun
Di balik senyum kedua guru, tersimpan kisah getir yang panjang. Lima tahun bukan waktu singkat. Dalam kurun itu, Muis dan Rasnal menjalani hari-hari yang tak selalu ramah.
Bagi seorang guru, reputasi adalah harga diri. Ketika nama baik tercoreng proses hukum dan birokrasi yang tidak bersahabat, kehidupan mereka berubah drastis. Di sekolah, mereka harus menghadapi tatapan-tatapan berbeda. Di rumah, keluarga mereka menjadi tameng yang menahan perih.
“Selama lima tahun, kami merasakan diskriminasi, baik dari aparat hukum maupun dari birokrasi atasan kami,” kenang Abdul Muis dengan mata memerah. “Seakan-akan kami berdiri sendirian.”
Keduanya tetap mengajar. Namun, rasa percaya diri itu perlahan tergerus. Setiap pagi, mereka berangkat bukan lagi sebagai guru yang dihormati, tetapi sebagai seseorang yang terus dibayangi stigma.
Presiden Prabowo Turun Tangan
Perubahan drastis terjadi ketika berbagai pihak mendesak pemerintah pusat untuk meninjau ulang kasus yang menimpa dua guru ini. Aspirasi itu akhirnya sampai ke meja Presiden Prabowo Subianto.
Dan pada hari itu tanpa menunda waktu Presiden menandatangani surat rehabilitasi begitu turun dari pesawat. Tindakan yang cepat, tegas, dan penuh makna.
Saat lembaran surat itu berpindah ke tangan Muis dan Rasnal, keduanya tak kuasa menahan haru. Mereka saling melirik, seolah memastikan apakah ini benar-benar nyata.
“Saya dan keluarga menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya,” ucap Muis lirih. “Akhirnya keadilan itu datang.”
Rasnal menambahkan, “Ketika pemimpin tertinggi Negara turun tangan, itu menjadi bukti bahwa keadilan masih hidup,”

Tinggalkan Balasan