Bupati juga mengungkapkan bahwa salah satu alasan lain FDS tidak digelar tahun ini adalah waktu persiapan yang tidak memungkinkan, mengingat ia dan wakil bupati baru dilantik tiga bulan sebelum jadwal pelaksanaan FDS. “Kalau hanya sekadar seremonial buka-tutup, itu tidak berdampak besar. Festival ini harus punya visi besar,” ucapnya.
Ia menargetkan FDS ke depan menjadi festival wisata yang dirancang secara permanen, bukan sekadar kegiatan musiman. “Daerah pelaksanaan FDS akan ditata ulang menjadi kawasan wisata permanen. Selama ini, setelah FDS selesai, tempatnya kembali menjadi semak belukar. Itu pemborosan,” jelasnya.
Bupati juga menuturkan rencana besar untuk tahun depan, di mana kegiatan FDS akan digelar selama satu bulan penuh dan melibatkan lima kelurahan serta 139 kampung dari 19 distrik di Kabupaten Jayapura. Kabupaten tetangga dan pemerintah provinsi juga akan diundang untuk berpartisipasi.
“Target saya adalah menghadirkan suasana seperti Expo Waena di Jayapura melalui FDS,” katanya.
FDS 2026 juga ditujukan untuk memberdayakan masyarakat secara ekonomi, terutama melalui pengembangan kuliner dan produk lokal khas Papua. “Setelah FDS, aktivitas pariwisata akan tetap berjalan. Tempat itu akan jadi sumber penghasilan baru bagi masyarakat lewat jual beli kuliner dan produk khas daerah,” tutupnya. (ARS)
Tinggalkan Balasan