Foto : Tersangka ES alias Evan (27),  AMR alias Abdul (29).(Ist)

MANADO, Klikjo.id –Senin (4/8/2025) harusnya seperti hari biasanya. Tapi tidak bagi keluarga besar Tanos. Di rumah duka yang sunyi di kawasan pusat Kota Manado, isak tangis tak henti terdengar. Di sudut ruangan, seorang wanita paruh baya duduk memeluk foto cucunya erat-erat. Di balik mata sembabnya, tergambar kehilangan yang tak terkira.

Joel Tanos (18), remaja enerjik dan penuh semangat, dan saat ini masih menempuh pendidikan di luar negeri, hanya berlibur dan berencana Senin  pekan depan segera balik ke Swiss, naas menjadi korban kekerasan yang kejam dan tidak manusiawi. Ia adalah cucu dari seorang pengusaha ternama di Sulawesi Utara keluarga yang dikenal banyak membantu kegiatan sosial dan pendidikan di daerah ini.

Namun nama besar tak mampu melindungi Joel dari nasib tragis yang menimpanya pada Senin pagi lalu, di sebuah rumah kontrakan di Jalan Sion, Kelurahan Karombasan.

Cinta dan Petaka

Semua berawal dari rasa cinta dan cemburu. Sebelumnya Joel sempat mendatangi rumah kekasihnya, dan mendapat kabar sejak malam tak pulang. Dari seorang saksi, ia mendapat informasi sang kekasih berada di sebuah rumah sedang berpesta minuman keras (Miras) bersama beberapa pria. Joel, yang saat itu ditemani tiga teman, langsung menuju lokasi.

Korban Joel Semasa hidup

Setibanya di rumah tersebut, emosi Joel tak terbendung. Ia mendobrak pintu  tak tahu bahwa di balik pintu itu duduk dua pria yang tak akan segan melukai. Dobrakannya mengenai para pelaku, memicu cekcok. Dan dari pertengkaran itulah, tragedi pecah.

Tanpa pikir panjang, tersangka ES alias Evan (27),  yang belakangan diketahui sebagai residivis kasus kekerasan dan sudah beberapa kali keluar masuk penjara, menikam Joel secara brutal. Dada kiri, pinggul, leher depan  total lima tusukan menghunjam tubuh remaja itu. Sementara pelaku lain, AMR alias Abdul (29), terus memukul Joel bahkan setelah ia tumbang bersimbah darah.

Para saksi sempat berupaya menolong, namun luka parah yang dialami Joel membuat nyawanya tak tertolong. Ia menghembuskan napas terakhir pukul 08.05 WITA di RS Bhayangkara Manado.

Terduga Pelaku Residivis Terkesan Mengabaikan Hukum

Nama Ervan Siging rupanya bukan nama asing di catatan kepolisian. Ini adalah kali ketiga ia terlibat kasus kekerasan serupa alias residivis. Ia sempat mendekam di penjara dalam dua kasus sebelumnya, namun selalu keluar dengan cepat. Banyak yang kini bertanya: mengapa pelaku kekerasan berulang bisa bebas begitu mudah?

Salah satu kerabat korban, yang juga seorang advokat, menyatakan kekecewaannya terhadap sistem hukum. “Jika hukum lebih tegas, mungkin Joel masih hidup hari ini,” katanya geram.

Kabar Kematian “Bos Muda” Gemparkan Kota Manado

Kabar kematian Joel viral di media sosial. Bukan hanya karena kekejaman yang menimpanya, tetapi juga karena kepribadiannya yang dikenal baik dan sopan. Teman-teman sekolahnya mengenang Joel sebagai remaja yang cerdas dan berprestasi, dengan mimpi melanjutkan kuliah di luar negeri.

Di rumah duka, puluhan karangan bunga berjejer. Salah satu bertuliskan, “Selamat jalan Joel. Kau pergi terlalu cepat, namun cintamu tinggal selamanya.”

Polisi Bergerak Cepat, Proses Hukum dan Harapan Keadilan

Tim gabungan Polsek Sario, Resmob Polresta Manado, dan Polda Sulut bergerak cepat. Kedua tersangka ditangkap tak lama setelah kejadian di sebuah rumah di Kelurahan Sario Kota Baru. Polisi juga menyita tiga bilah pisau, salah satunya diduga kuat menjadi senjata penikam Joel.

Kini, kedua tersangka telah diamankan di Polda Sulawesi Utara dan akan menjalani proses hukum. Polisi menjanjikan penanganan tegas dan transparan.

Namun bagi keluarga, tak ada proses hukum yang bisa menghapus rasa kehilangan.
“Kami ingin keadilan. Tapi lebih dari itu, kami ingin tidak ada lagi korban seperti Joel. Kami ingin anak-anak muda kita hidup dalam dunia yang lebih aman,” ujar kerabat korban dengan suara tertahan.

Joel bukan sekadar angka dalam statistik kekerasan remaja. Ia adalah seorang cucu, sahabat, kekasih, anak muda yang sedang mengejar masa depan. Ia adalah potret nyata dari betapa rentannya generasi muda terhadap kekerasan yang dipicu oleh hal-hal sepele: cemburu, alkohol, dan ego.

Peristiwa ini mengajak kita untuk merenung. Apa yang salah dalam sistem kita? Dan apa yang bisa kita lakukan agar tidak ada lagi ibu yang harus memandikan jenazah anaknya hanya karena seseorang tak bisa menahan emosi?

Selamat jalan, Joel. Cerita hidupmu akan menjadi pengingat bagi banyak orang bahwa nyawa tak bisa diganti, dan cinta seharusnya tak dibayar dengan darah.(**)