Matius menegaskan bahwa perbedaan pilihan politik tidak boleh menjadi sumber pertentangan. Ia mengajak masyarakat untuk menjadikan kasih sebagai perekat persaudaraan di tanah Papua.

“Perbedaan itu bukan alasan untuk bertikai. Papua harus menjadi contoh bagi daerah lain, khususnya dalam pembangunan pendidikan dan kesehatan. Mari tinggalkan kontestasi politik dan hormati putusan Mahkamah Konstitusi,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya merangkul semua pihak, termasuk para pendukung rival politik, untuk bersama-sama membangun Papua.

“Kalau menang jangan menyakiti. Ini saatnya kita bersatu, saling menghibur, dan menjaga Papua sebagai tanah yang berharga,” ucapnya.

Lebih lanjut, Matius menegaskan penghormatannya kepada penyelenggara pemilu, baik KPU maupun Bawaslu, yang menurutnya telah bekerja secara profesional. Ia juga menepis anggapan adanya intervensi dari pihaknya kepada penyelenggara.

Tak lupa, Matius menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat, khususnya pendukung pasangan rival Tomi Mano dan Konstan Karma, apabila terdapat sikap atau ucapan dari pendukungnya yang menyinggung.

“Kami menyampaikan maaf bila ada tutur kata atau sikap yang tidak berkenan, baik disengaja maupun tidak. Mari kita bergandengan tangan memajukan Papua, agar menjadi teladan bagi provinsi lain di tanah Papua,” katanya.

Matius menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa pembangunan Papua tidak bisa dilakukan hanya oleh pasangan terpilih dan pendukungnya, melainkan harus melibatkan seluruh masyarakat Papua.(ARS)