Suara dari Dalam RSUD Abepura

Dari pantauan di lapangan, sejumlah tenaga kesehatan mengeluhkan ruangan yang tidak layak, pendingin udara yang rusak, serta pembayaran jasa yang jauh di bawah standar.

“Uang jasa kami hanya dibayar Rp250 ribu, itu pun dibagi untuk 20–30 orang. Kami sudah sampaikan ke manajemen, tapi tak pernah ada tindak lanjut,” ungkap Rosalia, petugas Ponek RSUD Abepura.

Keluhan lain datang dari Iyut, tenaga gizi rumah sakit, yang menyoroti alih fungsi tugas di internal manajemen.

“Tugas pengelolaan gizi malah diambil alih oleh ketua dan sopir ambulans yang kini jadi petugas pendorong oksigen. Ini di luar tupoksi. Kalau terjadi sesuatu pada pasien, siapa yang bertanggung jawab?” ujarnya kecewa.

Sidak yang Membuka Tabir

Sidak Gubernur Papua ini membuka tabir kondisi layanan kesehatan di Papua yang selama ini tertutup oleh laporan administratif. Di balik dinding RSUD Abepura, para tenaga medis terus berjuang dalam keterbatasan antara dedikasi dan kelelahan yang nyaris tanpa penghargaan.(ARS)