FOTO : Tokoh adat  tergabung dalam LMA Kabupaten Jayawijaya dan sejumlah Kepala Suku memberikan keterangan pers,

JAYAWIJAYA,Klikjo.id- Penolakan Daerah Otonomi Baru (DOB) yang dilakukan sejumlah mahasiswa dan pemuda di wilayah Kabupaten Jayawijaya dinilai sarat  kepentingan kelompok tertentu.

Hal ini dikatakan Tokoh adat  tergabung dalam Lembaga Masyarakat Adat (LMA) dan sejumlah Kepala Suku di Kabupaten Jayawijaya. “Aksi penolakan oleh adik-adik mahasiswa ditenggarai sarat kepentingan oknum tertentu dan LMA menyatakan mendukung upaya pemerintah dalam membangun kesejahteraan orang Papua lewat pemekaran wilayah,” ujar Ketua LMA Kabupaten Jayawijaya, Herman Doga, melalui rilis yang diterima  sejumlah wartawan Rabu (25/5/ 2022)

Doga memastikan  penolakan DOB itu sebagai suara dari anak-anak kami yang dimanfaatkan kelompok tertentu atau elit-elit politik. Namun sebagai orang tua maupun tua-tua adat  mendukung penuh DOB di Papua.

Herman Doga didampingi sejumlah Kepala Suku wilayah Lapago  Kabupaten Jayawijaya lewat konferensi  pers di Cafe and Resto Hotel Grand Sartika, Jalan Bhayangkara Wamena, Kabupaten Jayawijaya menyatakan ada indikasi penolakan sengaja diprovokasi oknum tidak bertanggung jawab untuk Papua Merdeka.

“Demo di wilayah Kabupaten Jayawijaya terkait penolakan  DOB tidak memiliki ijin dari pihak Kepolisian dalam hal ini Polres Jayawijaya,” ujarnya lagi 

Herman Doga menegaskan,  tetap mempertahankan apa yang  diperjuangkan orang tua yang telah melawan penjajah demi mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

“Papua mau merdeka atau tidak itu ada di tangan bapak-bapak yang ada hadir sekarang ini. Karena kami lebih tahu tentang perjuangan para orang tua kami pada saat masa penjajahan,” sambungnya.

Selaku Ketua LMA mewakili 8 kabupaten wilayah adat Lapago, Herman Doga menyampaikan  dalam waktu dekat akan melaksanakan deklarasi mendukung DOB. Sehingga kami para orang tua bisa hidup aman dan damai.

Salah satu Kepala Suku di Kabupaten Jayawijaya, Wesakin Asso juga menegaskan terkait DOB Provinsi Pegunungan Tengah, didukung penuh orang tua dan tua-tua adat.

Senada dikatakan Heribertus Mabel selaku Tokoh LMA dan juga Kepala Suku memaparkan,  tokoh Pepera serta sebagai  tua-tua adat tidak pernah ikut campur dalam masalah pemisahan NKRI.

 “Kami harap pihak kepolisian  bisa mencari pelaku dibalik aksi penolakan DOB atau pemekaran di Papua ini,” harapnya, sambil menambahkan  intinya, menerima  pemekaran. Karena dia akan memperkaya kita di Papua ini yaitu, sejajar dengan teman-teman di luar Papua. 

Jadi, daerah otonomi baru atau pemekaran tidak boleh lama ditetapkan agar segera direalisasikan. Sehingga kita masyarakat Papua bisa hidup dengan aman dan damai.

Selain Herman Doga, Wesakin Asso dan Heribertus Mabel, juga hadir tokoh agama, tokoh adat dan tokoh pemuda adat serta kepala-kepala suku diantaranya Aser Hubi, John Kalago, Paul Elosak, Naligi Kurisi, Muli Asso dan Abraham Doga .(Arifin)